Berwisata Ke Museum-Museum di Kota Tua

Pada hari Sabtu tanggal 15 April 2017 saya memutuskan untuk pergi  berwisata mengunjungi Kota Tua yang berlokasi di daerah Jakarta Kota. Pada mulanya saya berniat untuk pergi bersama teman-teman sekelas. Namun dikarenakan saya ada urusan di pagi harinya, maka saya putuskan untuk menyusul saja nanti.


Saya berangkat dari stasiun Bojong Gede kurang lebih jam satu siang. Perjalanan yang saya tempuh hingga stasiun Jakarta Kota kurang lebih memakan waktu 2 jam perjalanan. Saya akhirnya tiba di Kota Tua pukul 3 lewat seperempat menit. Keluar dari stasiun saya langsung berusaha menghubungi teman-teman saya. Singkatnya saya berjalan menuju Museum Fatahilah. Ternyata disana sudah ada dua teman saya yang juga sama-sama menyusul, mereka tampaknya sedang mengantri untuk membeli tiket. Saya langsung bergegas menghampiri mereka dan kemudian ikut bergabung.

Tiket masuk museum-museum di Kota Tua terbilang murah. Di Museum Fatahillah, pengunjung Dewasa dikenakan tarif sebesar 5.000 rupiah, Pelajar/Mahasiswa 3.000 rupiah dengan syarat menunjukkan kartu pelajar, dan anak-anak gratis. Museum ini di buka setiap hari mulai pukul 8 pagi hingga pukul 2 siang pada hari senin, hari jum-at hingga pukul 11:30 dan untuk hari sabtu hingga pukul 1 siang.

Di dalam museum Fatahilah berisi koleksi peninggalan-peninggalan sejarah, beberapa objek tersebut diantaranya mulai dari cerita perjalanan kota Jakarta, beberapa replika peninggalan kerajaan pajajaran dan tarumanegara, benda – benda arkeologi yang pernah di temukan di Jakarta, dan masih banyak lagi yang lainnya. Semua situs yang di temukan telah di simpan di sekitar 5 ruangan berbeda; Ruang MH Thamrin, Jayakarta, Sultan Agung, Tarumanegara dan Fatahillah.

Selain berbagai macam peninggalan bersejarah yang dapat anda temukan di Museum Fatahillah, anda juga dapat melihat berbagai benda – benda kebudayaan betawi, kendaraan becak dan sekarang ini ada sebuah patung Dewa Hermes yang merupakan seorang dewa perlindungan dan keberuntungan.

Setelah cukup melihat-lihat, kemudian kami memutuskan untuk shalat di musholla yang terletak di bagian belakang musium. selain musholla ada banyak juga fasilitas lainnya seperti tempat perpustakaan, kantin, toko perbelanjaan, sinema fatahillah, ruang pameran dan pertemuan, dan sebuah taman yang di tumbuhi berbagai macam tanaman hias dengan luas sekitar 1000 meter persegi. Taman tersebut juga sering digunakan untuk berbagai keperluan mulai dari pentas seni, gathering ataupun resepsi pernikahan.

Lalu, setelah sehabis shalat di mushola Fatahilah, kami memutuskan untuk pergi ke museum Seni Rupa. Ongkosnya pun sama dengan ongkos masuk museum Fatahila, jam berkunjung dan fasilitasnya pun kurang lebih juga sama.

Didalam museum ini, terdapat banyak karya seni kelas internasional karya seniman Indonesia sejak tahun 1800an. Koleksi seni yang dimiliki Museum Seni Rupa dan Keramik berjumlah lebih dari 400 benda yang berupa patung, lukisan, sketsa, batik lukis, hingga totem kayu yang terbagi menurut periode waktu tertentu.

Untuk koleksi keramiknya, museum ini memiliki koleksi keramik lokal dan asing, yang merupakan warisan sejarah dari negara yang bersangkutan. Gedung Museum Seni Rupa dan Keramik ini dibangun pada tahun 1870. Sebagai Lembaga Peradilan tertinggi Belanda (Raad van Justitie), kemudian pada masa pendudukan Jepang dan perjuangan kemerdekaan Indonesia gedung ini dijadikan sebagai asrama militer. Selanjutnya pada tahun 1967 digunakan sebagai Kantor Walikota Jakarta.

Pada tahun 1968 hingga 1975 gedung ini pernah digunakan sebagai Kantor Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Pada tanggal 20 Agustus 1976 diresmikan sebagai Gedung Balai Seni Rupa oleh Presiden Soeharto. Dan di gedung ini pula terdapat Museum Keramik yang diresmikan oleh Bapak Ali Sadikin (Gubernur DKI Jakarta) pada tanggal 10 Juni 1977, kemudian pada tahun 1990 sampai sekarang menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik.

Patung yang bercirikan klasik tradisional dari Bali, totem kayu yang magis dan simbolis karya I Wayan Tjokot dan keluarga besarnya. Totem dan patung kayu karya para seniman modern, antara lain G.Sidharta, Oesman Effendi, disusul karya-karya ciptaan seniman lulusan akademis, misalnya Popo Iskandar, Achmad Sadali, Srihadi S, Fajar Sidik,  dan banyak seniman dari berbagai daerah.

Didalam museum ini akhirnya kami bertemu dengan rombongan kelas kami dan kemudian ikut bergabung. Selepas dari museum Seni Rupa, kami beristirahat duduk-duduk di bundaran depan musium Fatahilah. Disana ada wahana sepeda ontel, warung makan, dan lain sebagainya, pada hari-hari libur tempat ini selalu ramai oleh turis, baik lokal maupun mancanegara. Saya dan beberapa teman saya memutuskan untuk menyewa sepeda ontel mengelilingi bundaran Fatahila.

Foto - Foto Hasil Wisata :















Comments

Popular Posts