Membangun Toleransi
Belakangan ini, toleransi menjadi sebuah topik hangat yang diperbincangkan.
Dimana-mana banyak yang menuntut ditegakkannya hal ini. Namun sebenarnya apa
yang dimaksud dengan toleransi itu sendiri? Apakah saat ini kita sudah bisa
disebut orang yang toleran? Apakah mereka yang berteriak-teriak toleransi itu
juga sudah benar dalam menjalankan toleransi? Untuk itu marilah kita pahami
dulu apa sejatinya toleransi itu.
- Pengertian
Toleransi
Secara bahasa, Toleransi berasal dari kata Toleran yang berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan
pendirian sendiri. Maka dari segi bahasa, dapat disimpulkan bahwa Toleransi
merupakan suatu sikap tenggang rasa.
Lalu selanjutnya, apabila kita bahas pengertian
umumnya, maka Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak
menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap
tindakan yang orang lain lakukan.
Pada paragraf diatas terdapat penggalan kalimat "tidak
menyimpang dari aturan", yang mana berarti dalam bertoleransi ada
aturan-aturan yang tidak boleh kita langgar maupun kita abaikan. Misalnya
aturan agama, aturan hukum, ataupun aturan adat setempat.
- Batas
dalam Toleransi
Toleransi tentulah memiliki batasan. Tidak serta merta kita membiarkan atau
membebaskan suatu perilaku atau suatu sikap begitu saja. Dalam bertoleransi,
kita tentu perlu mengamati dan menimbang, apakah sikap atau perilaku yang kita
tolerir tersebut bertentangan dengan aturan-aturan yang berlaku atau tidak,
apakah merugikan banyak orang atau tidak, dan apakah sikap atau perilaku
tersebut membahayakan atau mengancam kehidupan atau cara hidup kita.
Dari segi Hukum dan Negara, kita sebagai Bangsa Indonesia memiliki dasar
negara yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Yang mana kita harus
jadikan acuan dalam menentukan apakah sebuah gerakan atau sikap ataupun
perilaku baik individu maupun kelompok dapat ditolerir atau tidak.
Dari segi agama, tentulah masing-masing agama memiliki sebuah aturan yang
apabila dilanggar, maka dapat menimbulkan celaka bagi para penganutnya. Maka
sudah sepatutnya dalam bertoleransi, kita sebagai umat beragama tidak serta
merta mengkesampingkan aturan yang diberikan oleh agama kita.
Dari segi kehidupan sosial dan budaya, terdapat banyak sekali norma-norma
dan nilai moral kehidupan yang sudah sangat kuat mengakar di masyarakat,
sehingga jika muncul sebuah trend atau pola perilaku atau sikap baru, maka
sebelum kita putuskan sebuah sikap toleransi, perlu dilihat apakah sekiranya
tidak menyalahi nilai moral dan norma-norma yang berlaku.
- Contoh
dan Implementasi Toleransi
Contoh 1 :
Misalnya, berkembang sebuah gerakan penyebaran paham Atheisme di Indonesia,
maka bila kita kembalikan pada sila ke 1 Pancasila, tentulah perilaku seperti
ini merupakan perilaku yang bertentangan dengan sila tersebut dan tidak dapat
ditolerir, dikarenakan dasar negara kita menyatakan bahwa negara kita adalah
negara yang berketuhanan.
Namun lain halnya jika misalnya, ada suatu komunitas umat Kristiani yang
ingin membangun gereja dan secara terang-terangan melakukan dakwah tanpa
pemaksaan di suatu daerah yang dimana mayoritasnya adalah umat muslim, maka
sah-sah saja bagi umat muslim untuk mentoleransi perilaku umat Kristiani
tersebut dikarenakan hal tersebut tidak menyalahi aturan dari sila ke 1
Pancasila.
Dari segi agama, umat muslim juga diperbolehkan bahkan diwajibkan untuk
menjaga sikap saling toleransi beribadah antar umat beragama, selama mereka
melaksanakan prinsip "Untukmu agamamu dan untukku agamaku",
yang mana maksudnya tidak ikut melaksanakan kegiatan ibadah umat Kristiani,
begitu pula sebaliknya.
Contoh 2 :
Misalnya umat muslim memiliki suatu peraturan dalam Al Qur'an yang
mengharuskan umat muslim yang beriman untuk tidak memilih ataupun mendukung
pemimpin yang non muslim. Apabila tidak dikerjakan, maka dosanya jelas.
Sedangkan kita sama-sama mengetahui bahwa Al Qur'an merupakan perkataan dari
Allah yang mana menjadi tuntunan hidup bagi umat muslim. Maka, kita harus
menghargai, menghormati dan membiarkan umat muslim menjalankan perintah
tersebut.
Sekarang mari kita lihat contoh kedua tadi dari segi hukum dan negara, maka
kita akan temui bahwasannya Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya,
serta berhak kembali. (UUD 1945 Pasal 28E ayat 1) dan juga Setiap
orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya. (UUD 1945 Pasal 28E ayat 2). Berdasarkan
kedua pasal tersebut, maka dapat disimpulkan pula bahwa perilaku umat muslim
tadi tidak pula bertentangan dengan hukum di Negara kita.
Lalu dari segi kehidupan sosial dan budaya, tentulah hal tersebut tidak
akan merugikan umat beragama lain selama umat muslim tidak memaksakan umat
beragama untuk tidak memilih pemimpin non muslim juga.
- Manfaat
Toleransi
Dengan mengetahui pengertian dari toleransi, mengerti batasan-batasannya
serta melihat dan memahami contoh-contoh yang ada, tentu kita bisa
memaksimalkan sikap toleransi. Dengan memaksimalkan sikap toleransi, kita dapat
membuka lebih banyak kesempatan diri untuk memiliki lebih banyak teman dari
berbagai macam golongan, tanpa perlu mengkesampingkan hal-hal yang sesungguhnya
menjadi prinsip hidup kita.
Comments
Post a Comment